Kamis, 23 Februari 2012


JAWABAN UJIAN SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012
NAMA : CATUR SUKAWIARTI
SEMESTER  : III (3)
JURUSAN    : TARBIYAH/PAI

1.a. Teori belajar
Teori belajar adalah deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan diantara variable-variabel yang menentukan hasil belajar. Teori ini menaruh perhatian pada bagaiman seseorang belajar
b.Teori pembelajaran
Teori pembelajaran adalah preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal. Teori ini menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengarui orang lain agar terjadi proses belajar. Dengan kata lain, teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variable-variabel yang dispesifikasi dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.


2. Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Kemampuan siswa dalam belajar :kemampuan siswa dalam menerima pelajaran bebeda beda sehingga dibutuhkan metode yang tepat dalam mengajar

b. Waktu yang tersedia untuk belajar : waktu yang disediakan disesuaikan dengan kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran

c. Waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran :waktu yang digunakan siswa dalam memahami pelajaran sehingga dapat menjelaskan materi yang telah diajarkan

d. Kualitas pengajaran : kualitas pengajaran tergantung pada metode, materi yangdisampaikan kepada siswa dan kemampuan guru dalam memfasilitasi pembelajaran

3. a. Teori Behavioristik : belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon                                                                                                                                 

b. Teori Kognitif : Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman tentang situasi    yang berhubungan dengan tujuan belajarnya, dan lebih mementingkan proses belajar.                

c.  Teori Kontruktifitif : belajar merupakan proses pembentukan penegetahuan                             

d. Teori sosio-kultural : Teori belajar sosiokultur atau yang juga dikenal sebagai teori belajar ko-kontruktivistik merupakan teori belajar yang titik tekan utamanya adalah pada bagaimana seseorang belajar dengan bantuan orang lain dalam suatu zona keterbatasan dirinya yaitu  Zona Proksimal Development (ZPD) atau Zona Perkembangan Proksimal dan mediasi. Di mana anak dalam perkembangannya membutuhkan orang lain untuk memahami sesuatu dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Teori yang juga disebut sebagai teori konstruksi sosial ini menekankan bahwa intelegensi manusia berasal dari masyarakat, lingkungan dan budayanya. Teori ini juga menegaskan bahwa perolehan kognitif individu terjadi pertama kali melalui interpersonal (interaksi dengan lingkungan sosial) intrapersonal (internalisasi yang terjadi dalam diri sendiri). 

e. Teori Humanistik : Proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri


4. Manfaat-dari penggunaan teori-teori belajar adalah sebagai berikut :
1. Sebagai landasan dalam penerapan materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian 
2. Memberi dorongan kepada siswa agar menjadi manusia yang bebas tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan norma dan etika yang ada.
3. Dapat mengindantifikasikan keberhasilan aplikasi teori
4. Mengetahui berbagai macam prilaku atau cirri-ciri siswa dan menemukan caara-cara untuk menyikapinya
5. Mampu menciptakkan suasana belajar yang aktif dan dinamis
6. Membantu menyalurkan dan mengoptimalkann potensi masing-masing siswa.

5.Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen  utama dari pembelajaran produktif yaitu : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

1. Konstruktivisme (Constructivism)
Setiap  individu  dapat  membuat  struktur  kognitif  atau mental berdasarkan pengalaman mereka maka setiap individu dapat membentuk konsep atau ide baru, ini dikatakan sebagai konstruktivisme (Ateec, 2000). Fungsi guru disini membantu membentuk konsep tersebut melalui metode penemuan (self-discovery), inquiri dan lain sebagainya, siswa berpartisipasi secara aktif dalam membentuk ide baru.
2. Bertanya (Questioning)
Bertanya  merupakan  strategi  utama  dalam  pembelajaran kontekstual. Kegiatan bertanya digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry.  Dalam  sebuah  pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
1) Menggali informasi, baik administratif maupun akademis; 2)  Mengecek pengetahuan awal siswa dan pemahaman siswa; 3) Membangkitkan respon kepada siswa;4)Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa;5)Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru;6)Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;7)Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
3. Menemukan (Inquiry)
Menemukan  merupakan  bagian  inti  dari  pembelajaran  berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri (Depdiknas, 2003). Menemukan atau inkuiri dapat diartikan juga sebagai proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu :
1)Merumuskan masalah ;2)Mengajukan hipotesis;3)Mengumpulkan data;4)Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan;5)Membuat kesimpulan. Melalui proses berpikir yang sistematis, diharapkan  siswa  memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis untuk pembentukan kreativitas siswa.
4. Masyarakat belajar (Learning Community)
Konsep  Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar itu diperoleh dari sharing antarsiswa, antarkelompok, dan antar yang sudah tahu dengan yang belum tahu tentang suatu materi. Setiap elemen masyarakat dapat juga berperan disini dengan berbagi pengalaman (Depdiknas, 2003).

5. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan dalam pembelajaran kontekstual merupakan sebuah keterampilan atau pengetahuan tertentu dan menggunakan model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuau. Dalam arti  guru memberi model tentang “bagaimana cara belajar”. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukanlah satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku siswa baru dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model. Model yang dapat diamati atau ditiru siswa digolongkan menjadi :
1.      Kehidupan yang nyata (real life), misalnya orang tua, guru, atau orang lain.;
2.      Simbolik (symbolic), model yang dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar ;
3.      Representasi (representation), model yang dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat audiovisual, misalnya televisi dan radio.

6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru. Struktur pengetahun yang baru ini merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.  Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahun yang baru diterima (Depdiknas, 2003).
Pada kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang guru pada akhir pembelajaran. Guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang realisasinya dapat berupa :
1.      Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh  pada pembelajaran yang baru saja dilakukan.;
2.      Catatan atau jurnal di buku siswa;
3.    Kesan dan saran mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.

7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian autentik merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa agar guru dapat memastikan apakah siswa telah mengalami proses belajar yang benar. Penilaian autentik menekankan pada proses pembelajaran sehingga data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.
Karakteristik authentic assessment menurut Depdiknas (2003) di antaranya: dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar berlangsung, bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, yang  diukur keterampilan dan sikap dalam belajar bukan mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feedbackAuthentic assessment biasanya berupa kegiatan yang dilaporkan, PR, kuis, karya siswa, prestasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis dan karya tulis.

6. Pendapat saya tehadap tiga teori belajar adalah :
a. Behaviorisme, teori ini sangat menekan pada hasil belajar yaitu pada perubahan tingkah laku yang dapat dilihat
b. Kognitivisme, teori ini proses pada hasil belajarnya diperoleh dari akal pikiran dan tidak dapat diperhatikan secara langsung dengan tingkah laku.
c. Konstruktivisme teori ini proses belajar sebagai kegiatan manusia membangun/menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalaman.

7. Petunjuk-petunjuk yang harus dilakukan dalam pembelajaran koopratif yaitu :

1) siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama
 2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya
 3) siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama,
4) siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya,
5) siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok,
6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya,
7) siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara  individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

8. Model pembelajaran antara lain :


a. direct instruction adalah Model pembelajaran langsung, Pengajaran Langsung merupakan suatu model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher center. Dalam menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah. Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa.


b. Cooperatif Learning
Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.


c. Problem based learning
Problem Based Learning (PBL) adalah metode pendidikan yang medorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata.


d. inkuiri Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam pembekajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya 
dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.

9. Pengaruh teori belajar behaviorisme, humanism, kontructivisme, kognitivisme dan sosial terhadap pendidikan adalah meningkatkan respon belajar siswa lebih giat dan semangat, menjadikan peserta didik bebas berimajinasi dan berkreasi, tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal, dan materi pelajaran atau informasi baru cepat beradaptasi dengan lingkungan pendidikan




MAKALAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
GANGGUAN-GANGUAN PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN


JURUSAN TARBIYAH/PAI, SEMESTER 4
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL HUDA AL-AZHAR
(STAIMA) CITANGKOLO, BANJAR, JAWA BARAT

PENDAHULUAN
Kesusahan belajar bukanlah suatu diagnosi tunggal semata-mata, melainkan terdiri dari berbagai jenis gangguan dengan berbagai macam gejala penyebab, pengobatan dan perjalanan penyakit. Tidak semua problem belajar merupakan suatu kesulitan belajar. Ada anak yang menunjukkan perkembangan suatu keahlian tertentu lebih lambat dari pada anak lain seusianya dan sebaliknya, tetapi masih dalam batas kewajaran.
Proses belajar merupakan kondisi yang sangat penting sebagai landasan pendewasaan anak. Pendewasaan tersebut, baik pendewasaan secara sosial, paedagogik, psikologis, maupun pendewasaan moral. Namun demikian, kondisi belajar tersebut terkadang mengalami gangguan yang tentu saja dapat mempengaruhi proses belajar anak. Gangguan belajar terutama pada anak usia sekolah merupakan suatu gejala, yang bisa menjadi bagian dari sesuatu gangguan tertentu, namun dapat pula sebagai kondisi tersendiri. 
Gangguan belajar bisa merupakan salah satu gejala dari gangguan jiwa, seperti retardasi mental, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif, gangguan autisme atau gangguan cemas pada anak. Sedangkan gangguan belajar yang berdiri sendiri, bisa dalam bentuk gangguan membaca (disleksia), gangguan menulis (disgrafia) atau gangguan berhitung (diskalkulia). 
Mengetahui dan memahami gangguan-gangguan terhadap anak penting diketahui bagi seorang pendidik. Pengembangan perencanaan pembelajaran dan model mengajar berhubungan dengan anak. Gangguan=gangguan yang dialami anak akan menjadi bahan petimbangan bagi pengajar dalam menyusun program pembelajaran. Makalah ini akan memaparkan secara singkat masalah gangguan-gangguan dalam proses belajar pada anak dan cara mengatasi anak yang mengalami gangguan belajar.

TUJUAN
1.     Bagaimana bentuk-bentuk gangguan-ganguan dalam belajar anak
2.     Cara mengatasi gangguan-gangguaan belajar anak

PEMBAHASAN
Kesulitan belajar adalah kondisi di mana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidak mampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik (Clement, dalam Weiner,2003). 
Berdasarkan pandangan Clement tersebut, maka pengertian ketidakmampuan belajar adalah kondisi yang merupakan sindrom multidimensional yang bermanifestasi sebagai kesulitan belajar spesifik (spesific learning disabilities), hiperaktivitas dan/atau distraktibilitas dan masalah emosional. Kelompok anak dengan ketidakmampuan belajar dicirikan dengan adanya gangguan-gangguan tertentu yang menyertainya. Menurut Cruickshank (1980) gangguan-gangguan tersebut adalah gangguan latar-figure, visual-motor, visual-perceptual, pendengaran, intersensory, berpikir konseptual dan abstrak, bahasa, sosio-emosional, body image, dan konsep,diri.
Kaplan dan Saddock (1997 : 242) mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya; kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan. Sedangkan gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan subjektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian. 
Jenis-jenis gangguan-gangguan dan Faktor Penyebabnya Santrock (2007: 221) mengemukakan, pengelompokkan gangguan, adalah: {gangguan organ indra (sensory), gangguan fisik, retardasi mental, gangguan bicara dan bahasa, gangguan belajar (learning disorder), attention deficit hyperactivity disorder, dan gan gguan emosional dan prilaku.}
Gangguan Penglihatan. Ciri-ciri anak yang mengalami gangguan ini adalah sering memicingkan mata, membaca dengan jarak yang sangat dekat, sering mengucek-ucek mata, dan sering mengeluh karena pandangannya kabur. Terhadap anak yang mengalami masalah vision ini adalah menentukan modalitas (seperti sentuhan atau pendengaran) yang dengannya anak dapat belajar dengan baik. Anak lebih baik diminta untuk duduk di bangku paling depan.

Gangguan Pendengaran. Ciri-ciri anak yang mengalami gangguan ini adalah, anak yang sering menempelkan telinganya ke speaker, sering meminta pengulangan penjelasan, mengeluh sakit telinga, dingin dan alergi. Cara mengatasinya adalah memeriksakan anak ke ahli THT, memberikan tambahan belajar di luar jam regular. Pendekatan mengajar harus menggunakan pendekatan oral (membaca gerak bibir), dan pendekatan manual, yakni menggunakan bahasa isyarat dan mengeja jari.
Gangguan Ortopedik. Gangguan ini biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang atau sendi. Gangguan ini bisa disebabkan oleh problem prenatal atau sesudah kelahiran atau bisa juga disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan. Cara mengatasinya adalah dengan bantuan alat adaptif dan teknologi pengobatan.
Gangguan Kejang-kejang. Jenis yang sering dijumpai dari gangguan ini adalah epilepsy, yakni gangguan syaraf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang. Tanda-tandanya adalah anak sering kejang-kejang atau sering muncul sangat singkat atau kadang-kadang ditandai dengan mengangkat alis mata. Cara mengatasinya adalah dengan terapy secara medis dengan obat-obatan anti kejang.
Retardasi Mental (kondisi sebelum 18 tahun dengan kecerdasan rendah). Ciri dari gangguan ini adalah lemahnya fungsi intelektual. Ciri lain adalah tingkat inteligensi anak rendah, sulit menyesuaikan diri, dan susah untuk berkembang. Jenis keterampilan adaptif yang dapat diberikan adalah keahlian seperti berpakaian, buang air, makan, minum, control diri, dan berinteraksi dengan kawan sebaya. Ketidakmampuan dan gangguan retardasi mental ini disebabkan oleh factor geneti dan kerusakan otak (Dykens, Hodapp, Finucane dalam Santrock, 2007: 225).
Cara mengatasi anak yang mengalami gangguan ini, adalah:
1)membantu melatih untuk menentukan pilihan personal dan determinasi diri, 2) selalu mengingat level fungsi mental anak, 3) memperhatikan kebutuhan anak, 4) memberikan contoh kongkret, 5) memberikan kesempatan untuk lebih banyak berlatih, 6) memberikan penghargaan terhadap anak, 7) tidak berprasangka negatif, 8) memperhatikan keterampilan yang dibutuhkan, 9) mencari dukungan sumber daya, 10) Menggunakan strategi analisis prilaku, 11) mengevaluasi kemampuan vokasional anak, dan 12) melibatkan orang tua sebagai mitra mendidik anak.
Gangguan Bicara dan Bahasa. Gangguan ini meliputi gangguan artikulasi, gangguan suara, gangguan kefasihan, dan gangguan bahasa. Gangguan bahasa, misalnya: kesulitan menyusun pertanyaan untuk mendapatkan informasi, kesulitan mengikuti perintah lisan, dan kesulitan mengikuti percakapan. 
Ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajar yang terdapat pada literatur dan hasil riset, yaitu : 1)Faktor keturunan/bawaan, 2) Gangguan semasa kehamilan, saat melahirkan atau premature, 3) Kondisi janin yang tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu yang merokok, menggunakan obat-obatan (drugs), atau meminum alkohol selama masa kehamilan, 4) Trauma pasca kelahiran, seperti demam yang sangat tinggi, trauma kepala, atau pernah tenggelam, 5) Infeksi telinga yang berulang pada masa bayi dan balita. Anak dengan kesulitan belajar biasanya mempunyai sistem imun yang lemah, dan 6) Awal masa kanak-kanak yang sering berhubungan dengan aluminium, arsenik, merkuri/raksa, dan neurotoksin lainnya.

Riset menunjukkan bahwa apa yang terjadi selama tahun-tahun awal kelahiran sampai umur 4 tahun adalah masa-masa kritis yang penting terhadap pembelajaran ke depannya. Stimulasi pada masa bayi dan kondisi budaya juga mempengaruhi belajar anak. Pada masa awal kelahiran samapi usia 3 tahun misalnya, anak mempelajari bahasa dengan cara mendengar lagu, berbicara kepadanya, atau membacakannya cerita. Pada beberpa kondisi, interaksi ini kurang dilakuan, yang bisa saja berkontribusi terhadap kurangnya kemampuan fonologi anak yang dapat membuat anak sulit membaca.
Cara Mengatasi dan Membantu Anak yang Mengalami Gangguan belajar pada anak penting untuk dideteksi sejak dini. Hal ini karena gangguan belajar dapat mempengaruhi perasaan dan perilaku anak. Perilaku anak dengan gangguan belajar dapat diamati saat di kelas. Anak biasanya tidak dapat duduk tenang di tempatnya, lambat menyelesaikan tugas atau bahkan tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan. Hal ini sebetulnya merupakan bentuk penghindaran dari mengerjakan tugas yang dirasanya sulit. 
Perkembangan anak sejak kecil juga bisa merupakan pertanda kemungkinan terjadinya gangguan belajar pada usia sekolah dasar. Anak dengan keterlambatan bicara (belum bisa mengucapkan kalimat sederhana di usia 2 tahun), bisa merupakan faktor prediksi terjadinya gangguan belajar. Gangguan koordinasi motorik, terutama pada usia menjelang taman kanak-kanak, juga bisa menjadi faktor prediksi terjadinya gangguan belajar. 
Jika orang tua atau guru melihat tanda-tanda adanya gangguan belajar pada anak, perlu segera dikonsultasikan kepada dokter. Pertama kali dilakukan pemeriksaan ada atau tidaknya gangguan pada penglihatan dan pendengaran. Karena seringkali gangguan pada penglihatan dan pendengaran juga dapat mengganggu kemampuan belajar anak. Pemeriksaan psikologis seperti tingkat kecerdasan (tes IQ), juga perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya tingkat kecerdasan yang kurang, seperti pada retardasi mental. Selain itu, diperiksa juga kemungkinan adanya gangguan jiwa lain seperti autisme, gangguan pemusatan perhatian dan perilaku, atau gangguan kecemasan.
Cara Membantu Mengatasi Gangguan Anak yang mengalami gangguan belajar sering kali akan menunjukkan gangguan perilaku. Hal ini bisa berdampak pada hubungan pasien dengan orang-orang di sekitarnya (keluarga, guru dan teman-teman sebaya). Untuk itu anak perlu didampingi untuk menghadapi situasi ini. Menurut Skinner dalam Uno, 2005: 40), terhadap anak-anak yang mengalami gangguan perlu diupayakan terapi dengan metode apa yang disebutnya terapi tingkah laku (behavior therapy).
Orang tua merupakan guru yang pertama dan terdekat dengan anak. Pertama, karena anak pertama kali menerima proses pendidikan dalam keluarga. Disamping itu, orang tua juga mempunyai hubungan yang utama, karena mempunyai hubungan yang biologis antara anak dan orang tua. Dengan demikian, peran orang tua sangat penting untuk mengenali permasalahan apa yang dialami anak. Selain itu, penting juga untuk menemukan kekuatan atau kemampuan yang dimiliki anak. Hal ini akan membantu orang tua mendukung anak mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri anak. 
Tugas anak adalah bermain, maka proses belajar pun sebaiknya menjadi proses yang menyenangkan untuk anak. Apalagi pada anak dengan gangguan belajar, penting untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak membebani anak. Kenali hal apa yang membuat anak merasa senang. Misalnya, jika anak tersebut menyukai lagu tertentu, ajak anak itu belajar sambil memutarkan lagu tersebut. Ijinkan anak membawa mainan kesayangannya saat belajar. Jika anak senang dengan suatu obyek tertentu, misalnya mobil-mobilan, sertakan bentuk mobil-mobilan dalam pelajaran. Sebagai contoh, anak dengan gangguan berhitung, saat belajar berhitung dapat digunakan gambar mobilan yang dia senangi.
Anak dengan gangguan belajar juga bisa mengalami perasaan rendah diri karena ketidakmampuannya atau karena sering diejek oleh teman-temannya. Untuk itu, penting bagi orang tua memberikan pujian jika ia berhasil melakukan suatu pencapaian. Misalnya, bila suatu kali anak berhasil mendapat nilai yang cukup baik atau mengerjakan tugas dengan benar, maka orang tua hendaknya memberi pujian pada anak. Hal ini akan memotivasi anak untuk berbuat lebih baik, meningkatkan rasa percaya diri dan membantu anak merasa nyaman dengan dirinya.
Keterlibatan pihak sekolah juga perlu diperhatikan karena sebagian besar waktu belajar anak ada di sekolah. Diskusikan dengan guru kelas mengenai kesulitan dan kemampuan anak dalam belajar. Posisi tempat duduk anak di kelas juga bisa membantu anak untuk lebih berkonsentrasi dalam belajar. Akan lebih baik jika anak duduk di depan kelas sehingga perhatiannya tidak teralih ke anak-anak lain atau ke jendela kelas. 
Masalah gangguan belajar penting sekali dipahami oleh orang tua dan guru sehingga dapat mendukung dan membantu anak dalam belajar. Jika ditangani dengan tidak benar maka hanya akan menambah permasalahan pada anak. Deteksi dan konsultasi dini pada anak yang diduga mengalami gangguan belajar menjadi faktor penting sehingga anak dapat segera ditangani dengan tepat. Kerja sama antara orang tua, guru dan profesional kesehatan jiwa (psikiater dan psikolog) diperlukan untuk membantu anak menghadapi permasalahan gangguan belajar tersebut.
Di samping berbagai bentuk usaha yang dapat dilakukan untuk membantu anak yang mengalami ketidakmampuan dan gangguan sebagaimana diurakan pada bgian terdahulu, perlu juga memperhatikan hal-hal berikut sebagai dasar untuk melakukan kerja dengan anak yang mengalami gangguan belajar.


Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan tersebut, adalah:
 1) Perhatikan kebutuhan anak penderita gangguan belajar saat member pelajaran.
2) Sediakan akomodasi untuk ujian dan penugasan.
3) Buat modifikasi.
4) Tingkatkan keterampilan organisasional dan belajar.
5) Ajarkan keterampilan membaca dan menulis.
Usaha yang perlu dilakukan guru kelas regular terhadap anak yang menderita ketidakmampuan, yakni:
1) jalankan rencana pendidikan individual untuk setiap anak,
2) mendorong sekolah untuk memberikan tambahan dukungan dan training cara mengajar anak yang mengalami gangguan,
3) menggunakan dukungan yang sudah ada dan mencari tambahan,
4) mempelajari anak dengan tipe-tipe ketidakmampuannya,
5) berhati-hati dalam member label anak yang memiliki ketidakmampuan,
6) ketidakmampuan anak merupakan kekayaan bagi guru untuk pengembangan strategi mengajar,
7) membantu anak yang normal untuk memahami temannya yang mengalami ketidakmampuan,
8) memperdalam pengetahuan dan informasi untuk mengatasi ketidakmampuan anak.

Sementara itu terhadap anak yang berbakat perlu dilakukan upaya-upaya seperti:
1) mengadakan kelas khusus,
2) akselerasi dan pengayaan di kelas regular,
3) Program mentor dan pelatihan,
4) kerja/studi dan atau program pelayanan masyarakat


Penutup
Mengetahui gangguan pada anak perlu dilakukan untuk menentukan strategi dan model pembelajaran. Pada umumnya gangguan anak meliputi, gangguan organ indra (sensory), gangguan fisik, retardasi mental, gangguan bicara dan bahasa, gangguan belajar (learning disorder), attention deficit hyperactivity disorder, dan gangguan emosional dan prilaku. Bahwa gangguan pada anak bukanlah suatu hambatan untuk merencanakan trategi pembelajaran. Bahkan, gangguan pada anak diperlukan sebagai tantangan untuk mencari dan menentukan suatu strategi pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.
Penting bagi kita sebagai praktisi pendidikan untuk mengetahui, memahami dan mempelajari secara intensif bentuk-bentuk gangguan-gangguan pada proses pebelajar. Hal ini diperlukan untuk memungkinkan kita untuk mendesain sebuah pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan pembelajar. Di samping mengetahui dan memahami bentuk-bentuk gangguan pada anak, pengajar hendaknya juga mengintensifkan berbagai daya dukung pembelajaran yang memungkinkan dapat membantu mengatasi ketidakmampuan yang dialami anak. Selain itu juga melakukan kerja sama dengan orang tua adalah hal yang tidak boleh diabaikan dalam mendidik anak. Karena orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama bagi anak. Sudah waktunya bagi kita untuk memperhatikan bentuk-bentuk ketidakmampuan dan gangguan yang dialami anak, sehingga tujuan akhir pendidikan dapat dicapai dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Santrock, W John. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
Uno, Hamzah B, Dr. 2005. Orientasi Baru dalam psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Disarikan dari berbagai sumber.