MAKALAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
GANGGUAN-GANGUAN PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN
JURUSAN TARBIYAH/PAI, SEMESTER 4
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL
HUDA AL-AZHAR
(STAIMA) CITANGKOLO, BANJAR, JAWA
BARAT
PENDAHULUAN
Kesusahan belajar bukanlah suatu diagnosi tunggal semata-mata,
melainkan terdiri dari berbagai jenis gangguan dengan berbagai macam gejala
penyebab, pengobatan dan perjalanan penyakit. Tidak semua problem belajar
merupakan suatu kesulitan belajar. Ada anak yang menunjukkan perkembangan suatu
keahlian tertentu lebih lambat dari pada anak lain seusianya dan sebaliknya,
tetapi masih dalam batas kewajaran.
Proses belajar merupakan kondisi yang sangat
penting sebagai landasan pendewasaan anak. Pendewasaan tersebut, baik
pendewasaan secara sosial, paedagogik, psikologis, maupun pendewasaan moral.
Namun demikian, kondisi belajar tersebut terkadang mengalami gangguan yang
tentu saja dapat mempengaruhi proses belajar anak. Gangguan belajar terutama
pada anak usia sekolah merupakan suatu gejala, yang bisa menjadi bagian dari
sesuatu gangguan tertentu, namun dapat pula sebagai kondisi tersendiri.
Gangguan belajar bisa merupakan salah satu gejala
dari gangguan jiwa, seperti retardasi mental, gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktif, gangguan autisme atau gangguan cemas pada anak. Sedangkan gangguan
belajar yang berdiri sendiri, bisa dalam bentuk gangguan membaca (disleksia),
gangguan menulis (disgrafia) atau gangguan berhitung (diskalkulia).
Mengetahui dan memahami gangguan-gangguan terhadap anak penting diketahui bagi seorang pendidik. Pengembangan perencanaan pembelajaran dan model mengajar berhubungan dengan anak. Gangguan=gangguan yang dialami anak akan menjadi bahan petimbangan bagi pengajar dalam menyusun program pembelajaran. Makalah ini akan memaparkan secara singkat masalah gangguan-gangguan dalam proses belajar pada anak dan cara mengatasi anak yang mengalami gangguan belajar.
Mengetahui dan memahami gangguan-gangguan terhadap anak penting diketahui bagi seorang pendidik. Pengembangan perencanaan pembelajaran dan model mengajar berhubungan dengan anak. Gangguan=gangguan yang dialami anak akan menjadi bahan petimbangan bagi pengajar dalam menyusun program pembelajaran. Makalah ini akan memaparkan secara singkat masalah gangguan-gangguan dalam proses belajar pada anak dan cara mengatasi anak yang mengalami gangguan belajar.
TUJUAN
1.
Bagaimana bentuk-bentuk gangguan-ganguan dalam belajar anak
2.
Cara mengatasi gangguan-gangguaan belajar anak
PEMBAHASAN
Kesulitan belajar
adalah kondisi di mana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas
rata-rata, namun memiliki ketidak mampuan atau kegagalan dalam belajar yang
berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa,
memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi
sensori motorik (Clement, dalam Weiner,2003).
Berdasarkan pandangan Clement tersebut, maka pengertian ketidakmampuan belajar adalah kondisi yang merupakan sindrom multidimensional yang bermanifestasi sebagai kesulitan belajar spesifik (spesific learning disabilities), hiperaktivitas dan/atau distraktibilitas dan masalah emosional. Kelompok anak dengan ketidakmampuan belajar dicirikan dengan adanya gangguan-gangguan tertentu yang menyertainya. Menurut Cruickshank (1980) gangguan-gangguan tersebut adalah gangguan latar-figure, visual-motor, visual-perceptual, pendengaran, intersensory, berpikir konseptual dan abstrak, bahasa, sosio-emosional, body image, dan konsep,diri.
Kaplan dan Saddock (1997 : 242) mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya; kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan. Sedangkan gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan subjektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian.
Berdasarkan pandangan Clement tersebut, maka pengertian ketidakmampuan belajar adalah kondisi yang merupakan sindrom multidimensional yang bermanifestasi sebagai kesulitan belajar spesifik (spesific learning disabilities), hiperaktivitas dan/atau distraktibilitas dan masalah emosional. Kelompok anak dengan ketidakmampuan belajar dicirikan dengan adanya gangguan-gangguan tertentu yang menyertainya. Menurut Cruickshank (1980) gangguan-gangguan tersebut adalah gangguan latar-figure, visual-motor, visual-perceptual, pendengaran, intersensory, berpikir konseptual dan abstrak, bahasa, sosio-emosional, body image, dan konsep,diri.
Kaplan dan Saddock (1997 : 242) mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya; kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan. Sedangkan gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan subjektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian.
Jenis-jenis gangguan-gangguan
dan Faktor Penyebabnya Santrock (2007: 221) mengemukakan, pengelompokkan
gangguan, adalah: {gangguan organ indra (sensory), gangguan fisik, retardasi
mental, gangguan bicara dan bahasa, gangguan belajar (learning disorder),
attention deficit hyperactivity disorder, dan gan gguan emosional dan prilaku.}
Gangguan
Penglihatan. Ciri-ciri anak yang mengalami gangguan ini adalah sering
memicingkan mata, membaca dengan jarak yang sangat dekat, sering mengucek-ucek
mata, dan sering mengeluh karena pandangannya kabur. Terhadap anak yang mengalami
masalah vision ini adalah menentukan modalitas (seperti sentuhan atau
pendengaran) yang dengannya anak dapat belajar dengan baik. Anak lebih baik
diminta untuk duduk di bangku paling depan.
Gangguan
Pendengaran. Ciri-ciri anak yang mengalami gangguan ini adalah, anak yang
sering menempelkan telinganya ke speaker, sering meminta pengulangan
penjelasan, mengeluh sakit telinga, dingin dan alergi. Cara mengatasinya adalah
memeriksakan anak ke ahli THT, memberikan tambahan belajar di luar jam regular.
Pendekatan mengajar harus menggunakan pendekatan oral (membaca gerak bibir),
dan pendekatan manual, yakni menggunakan bahasa isyarat dan mengeja jari.
Gangguan
Ortopedik. Gangguan ini biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu
mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang atau sendi. Gangguan ini
bisa disebabkan oleh problem prenatal atau sesudah kelahiran atau bisa juga
disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan. Cara mengatasinya adalah dengan
bantuan alat adaptif dan teknologi pengobatan.
Gangguan Kejang-kejang. Jenis yang sering dijumpai dari gangguan ini adalah epilepsy, yakni gangguan syaraf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang. Tanda-tandanya adalah anak sering kejang-kejang atau sering muncul sangat singkat atau kadang-kadang ditandai dengan mengangkat alis mata. Cara mengatasinya adalah dengan terapy secara medis dengan obat-obatan anti kejang.
Gangguan Kejang-kejang. Jenis yang sering dijumpai dari gangguan ini adalah epilepsy, yakni gangguan syaraf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang. Tanda-tandanya adalah anak sering kejang-kejang atau sering muncul sangat singkat atau kadang-kadang ditandai dengan mengangkat alis mata. Cara mengatasinya adalah dengan terapy secara medis dengan obat-obatan anti kejang.
Retardasi Mental
(kondisi sebelum 18 tahun dengan kecerdasan rendah). Ciri dari gangguan ini
adalah lemahnya fungsi intelektual. Ciri lain adalah tingkat inteligensi anak
rendah, sulit menyesuaikan diri, dan susah untuk berkembang. Jenis keterampilan
adaptif yang dapat diberikan adalah keahlian seperti berpakaian, buang air,
makan, minum, control diri, dan berinteraksi dengan kawan sebaya.
Ketidakmampuan dan gangguan retardasi mental ini disebabkan oleh factor geneti
dan kerusakan otak (Dykens, Hodapp, Finucane dalam Santrock, 2007: 225).
Cara mengatasi
anak yang mengalami gangguan ini, adalah:
1)membantu
melatih untuk menentukan pilihan personal dan determinasi diri, 2) selalu mengingat level fungsi mental anak,
3) memperhatikan kebutuhan anak, 4) memberikan contoh kongkret, 5) memberikan
kesempatan untuk lebih banyak berlatih, 6) memberikan penghargaan terhadap
anak, 7) tidak berprasangka negatif, 8) memperhatikan keterampilan yang
dibutuhkan, 9) mencari dukungan sumber daya, 10) Menggunakan strategi analisis
prilaku, 11) mengevaluasi kemampuan vokasional anak, dan 12) melibatkan orang
tua sebagai mitra mendidik anak.
Gangguan Bicara
dan Bahasa. Gangguan ini meliputi gangguan artikulasi, gangguan suara, gangguan
kefasihan, dan gangguan bahasa. Gangguan bahasa, misalnya: kesulitan menyusun
pertanyaan untuk mendapatkan informasi, kesulitan mengikuti perintah lisan, dan
kesulitan mengikuti percakapan.
Ada beberapa
faktor penyebab kesulitan belajar yang terdapat pada literatur dan hasil riset,
yaitu : 1)Faktor keturunan/bawaan, 2) Gangguan semasa kehamilan, saat
melahirkan atau premature, 3) Kondisi janin yang tidak menerima cukup oksigen
atau nutrisi dan atau ibu yang merokok, menggunakan obat-obatan (drugs), atau
meminum alkohol selama masa kehamilan, 4) Trauma pasca kelahiran, seperti demam
yang sangat tinggi, trauma kepala, atau pernah tenggelam, 5) Infeksi telinga
yang berulang pada masa bayi dan balita. Anak dengan kesulitan belajar biasanya
mempunyai sistem imun yang lemah, dan 6) Awal masa kanak-kanak yang sering
berhubungan dengan aluminium, arsenik, merkuri/raksa, dan neurotoksin lainnya.
Riset menunjukkan
bahwa apa yang terjadi selama tahun-tahun awal kelahiran sampai umur 4 tahun
adalah masa-masa kritis yang penting terhadap pembelajaran ke depannya.
Stimulasi pada masa bayi dan kondisi budaya juga mempengaruhi belajar anak.
Pada masa awal kelahiran samapi usia 3 tahun misalnya, anak mempelajari bahasa
dengan cara mendengar lagu, berbicara kepadanya, atau membacakannya cerita.
Pada beberpa kondisi, interaksi ini kurang dilakuan, yang bisa saja
berkontribusi terhadap kurangnya kemampuan fonologi anak yang dapat membuat
anak sulit membaca.
Cara Mengatasi
dan Membantu Anak yang Mengalami Gangguan belajar pada anak penting untuk
dideteksi sejak dini. Hal ini karena gangguan belajar dapat mempengaruhi
perasaan dan perilaku anak. Perilaku anak dengan gangguan belajar dapat diamati
saat di kelas. Anak biasanya tidak dapat duduk tenang di tempatnya, lambat
menyelesaikan tugas atau bahkan tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan. Hal
ini sebetulnya merupakan bentuk penghindaran dari mengerjakan tugas yang
dirasanya sulit.
Perkembangan anak
sejak kecil juga bisa merupakan pertanda kemungkinan terjadinya gangguan
belajar pada usia sekolah dasar. Anak dengan keterlambatan bicara (belum bisa
mengucapkan kalimat sederhana di usia 2 tahun), bisa merupakan faktor prediksi
terjadinya gangguan belajar. Gangguan koordinasi motorik, terutama pada usia
menjelang taman kanak-kanak, juga bisa menjadi faktor prediksi terjadinya
gangguan belajar.
Jika orang tua
atau guru melihat tanda-tanda adanya gangguan belajar pada anak, perlu segera
dikonsultasikan kepada dokter. Pertama kali dilakukan pemeriksaan ada atau
tidaknya gangguan pada penglihatan dan pendengaran. Karena seringkali gangguan
pada penglihatan dan pendengaran juga dapat mengganggu kemampuan belajar anak.
Pemeriksaan psikologis seperti tingkat kecerdasan (tes IQ), juga perlu dilakukan
untuk menyingkirkan kemungkinan adanya tingkat kecerdasan yang kurang, seperti
pada retardasi mental. Selain itu, diperiksa juga kemungkinan adanya gangguan
jiwa lain seperti autisme, gangguan pemusatan perhatian dan perilaku, atau
gangguan kecemasan.
Cara Membantu
Mengatasi Gangguan Anak yang mengalami gangguan belajar sering kali akan
menunjukkan gangguan perilaku. Hal ini bisa berdampak pada hubungan pasien
dengan orang-orang di sekitarnya (keluarga, guru dan teman-teman sebaya). Untuk
itu anak perlu didampingi untuk menghadapi situasi ini. Menurut Skinner dalam
Uno, 2005: 40), terhadap anak-anak yang mengalami gangguan perlu diupayakan
terapi dengan metode apa yang disebutnya terapi tingkah laku (behavior
therapy).
Orang tua
merupakan guru yang pertama dan terdekat dengan anak. Pertama, karena anak
pertama kali menerima proses pendidikan dalam keluarga. Disamping itu, orang
tua juga mempunyai hubungan yang utama, karena mempunyai hubungan yang biologis
antara anak dan orang tua. Dengan demikian, peran orang tua sangat penting
untuk mengenali permasalahan apa yang dialami anak. Selain itu, penting juga
untuk menemukan kekuatan atau kemampuan yang dimiliki anak. Hal ini akan
membantu orang tua mendukung anak mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga
dapat meningkatkan kepercayaan diri anak.
Tugas anak adalah
bermain, maka proses belajar pun sebaiknya menjadi proses yang menyenangkan
untuk anak. Apalagi pada anak dengan gangguan belajar, penting untuk
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak membebani anak. Kenali
hal apa yang membuat anak merasa senang. Misalnya, jika anak tersebut menyukai
lagu tertentu, ajak anak itu belajar sambil memutarkan lagu tersebut. Ijinkan
anak membawa mainan kesayangannya saat belajar. Jika anak senang dengan suatu
obyek tertentu, misalnya mobil-mobilan, sertakan bentuk mobil-mobilan dalam
pelajaran. Sebagai contoh, anak dengan gangguan berhitung, saat belajar
berhitung dapat digunakan gambar mobilan yang dia senangi.
Anak dengan gangguan belajar juga bisa mengalami perasaan rendah diri karena ketidakmampuannya atau karena sering diejek oleh teman-temannya. Untuk itu, penting bagi orang tua memberikan pujian jika ia berhasil melakukan suatu pencapaian. Misalnya, bila suatu kali anak berhasil mendapat nilai yang cukup baik atau mengerjakan tugas dengan benar, maka orang tua hendaknya memberi pujian pada anak. Hal ini akan memotivasi anak untuk berbuat lebih baik, meningkatkan rasa percaya diri dan membantu anak merasa nyaman dengan dirinya.
Anak dengan gangguan belajar juga bisa mengalami perasaan rendah diri karena ketidakmampuannya atau karena sering diejek oleh teman-temannya. Untuk itu, penting bagi orang tua memberikan pujian jika ia berhasil melakukan suatu pencapaian. Misalnya, bila suatu kali anak berhasil mendapat nilai yang cukup baik atau mengerjakan tugas dengan benar, maka orang tua hendaknya memberi pujian pada anak. Hal ini akan memotivasi anak untuk berbuat lebih baik, meningkatkan rasa percaya diri dan membantu anak merasa nyaman dengan dirinya.
Keterlibatan
pihak sekolah juga perlu diperhatikan karena sebagian besar waktu belajar anak
ada di sekolah. Diskusikan dengan guru kelas mengenai kesulitan dan kemampuan
anak dalam belajar. Posisi tempat duduk anak di kelas juga bisa membantu anak
untuk lebih berkonsentrasi dalam belajar. Akan lebih baik jika anak duduk di
depan kelas sehingga perhatiannya tidak teralih ke anak-anak lain atau ke
jendela kelas.
Masalah gangguan
belajar penting sekali dipahami oleh orang tua dan guru sehingga dapat
mendukung dan membantu anak dalam belajar. Jika ditangani dengan tidak benar
maka hanya akan menambah permasalahan pada anak. Deteksi dan konsultasi dini
pada anak yang diduga mengalami gangguan belajar menjadi faktor penting
sehingga anak dapat segera ditangani dengan tepat. Kerja sama antara orang tua,
guru dan profesional kesehatan jiwa (psikiater dan psikolog) diperlukan untuk
membantu anak menghadapi permasalahan gangguan belajar tersebut.
Di samping
berbagai bentuk usaha yang dapat dilakukan untuk membantu anak yang mengalami
ketidakmampuan dan gangguan sebagaimana diurakan pada bgian terdahulu, perlu
juga memperhatikan hal-hal berikut sebagai dasar untuk melakukan kerja dengan
anak yang mengalami gangguan belajar.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan dan dilakukan tersebut, adalah:
1) Perhatikan kebutuhan anak penderita
gangguan belajar saat member pelajaran.
2) Sediakan
akomodasi untuk ujian dan penugasan.
3) Buat
modifikasi.
4) Tingkatkan
keterampilan organisasional dan belajar.
5) Ajarkan
keterampilan membaca dan menulis.
Usaha yang perlu
dilakukan guru kelas regular terhadap anak yang menderita ketidakmampuan,
yakni:
1) jalankan
rencana pendidikan individual untuk setiap anak,
2) mendorong
sekolah untuk memberikan tambahan dukungan dan training cara mengajar anak yang
mengalami gangguan,
3) menggunakan
dukungan yang sudah ada dan mencari tambahan,
4) mempelajari
anak dengan tipe-tipe ketidakmampuannya,
5) berhati-hati
dalam member label anak yang memiliki ketidakmampuan,
6) ketidakmampuan
anak merupakan kekayaan bagi guru untuk pengembangan strategi mengajar,
7) membantu anak
yang normal untuk memahami temannya yang mengalami ketidakmampuan,
8) memperdalam
pengetahuan dan informasi untuk mengatasi ketidakmampuan anak.
Sementara itu
terhadap anak yang berbakat perlu dilakukan upaya-upaya seperti:
1) mengadakan
kelas khusus,
2) akselerasi dan
pengayaan di kelas regular,
3) Program mentor
dan pelatihan,
4) kerja/studi
dan atau program pelayanan masyarakat
Penutup
Mengetahui
gangguan pada anak perlu dilakukan untuk menentukan strategi dan model
pembelajaran. Pada umumnya gangguan anak meliputi, gangguan organ indra
(sensory), gangguan fisik, retardasi mental, gangguan bicara dan bahasa,
gangguan belajar (learning disorder), attention deficit hyperactivity disorder,
dan gangguan emosional dan prilaku. Bahwa gangguan pada anak bukanlah suatu
hambatan untuk merencanakan trategi pembelajaran. Bahkan, gangguan pada anak
diperlukan sebagai tantangan untuk mencari dan menentukan suatu strategi
pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.
Penting bagi kita
sebagai praktisi pendidikan untuk mengetahui, memahami dan mempelajari secara
intensif bentuk-bentuk gangguan-gangguan pada proses pebelajar. Hal ini
diperlukan untuk memungkinkan kita untuk mendesain sebuah pembelajaran yang
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan pembelajar. Di samping mengetahui dan
memahami bentuk-bentuk gangguan pada anak, pengajar hendaknya juga
mengintensifkan berbagai daya dukung pembelajaran yang memungkinkan dapat
membantu mengatasi ketidakmampuan yang dialami anak. Selain itu juga melakukan
kerja sama dengan orang tua adalah hal yang tidak boleh diabaikan dalam
mendidik anak. Karena orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama bagi
anak. Sudah waktunya bagi kita untuk memperhatikan bentuk-bentuk ketidakmampuan
dan gangguan yang dialami anak, sehingga tujuan akhir pendidikan dapat dicapai
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, W John.
2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
Uno, Hamzah B, Dr. 2005. Orientasi Baru dalam psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Disarikan dari berbagai sumber.
Uno, Hamzah B, Dr. 2005. Orientasi Baru dalam psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Disarikan dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar